5/12/2008

apa arti sebuah nama ???

"Apa artinya sebuah nama ?, setangkai bunga mawar tetap mawar dan harum baunya !", ucapan ini dilontarkan oleh pujangga Inggeris Shakespear beberapa abad berselang. Mungkin bagi beliau nama tidaklah terlalu penting, yang penting adalah kepribadian si penyandang nama. Tidak usah heran apabila beliau sendiri tidak terlalu pusing dengan nama keluarganya yang mempunyai arti "Tombak Bergoyang". Bagi bangsa-bangsa Barat mungkin arti sebuah nama tidak terlalu penting, oleh sebab itu banyak mereka memberikan nama yang sama dengan dirinya kepada anaknya (cukup ditambah kata Junior), misalnya John F. Kennedy Jr. Bahkan mereka juga tidak merasa rikuh memberikan nama manusia kepada hewan piaraan, seperti Helen, Johny dan sebagainya.

Bagi orang Timur nama sangat penting artinya, khususnya bagi bangsa Indonesia. Nama bisa bermakna bermacam-macam, ada karena latar belakang sejarah, ada pula mengandung harapan masa depan, dan ada pula karena kekaguman kepada sesuatu atau seseorang. Seorang teman dari Tanah Karo bernama Terang Malem Tarigan karena dia dilahirkan pada saat bulan purnama, teman lain bernama Sukmarneri (Suka Merdeka Negara Republik Indonesia) karena ayahnya seorang nasionalis tulen, ada pula teman yang bernama Syaifullah (Pedang Allah) karena orang tuanya berharap agar dia dapat menjadi pembela agama yang tangguh, banyak anak-anak di Bengkulu Selatan yang diberi nama Elvi Sukaesih karena ayahnya penggemar berat penyanyi dangdut tersebut, dan nama penulis sendiri diberi oleh orang tua karena penulis lahir di Palembang, kota yang dibelah oleh sungai Musi.

Nama bukan barang monopoli manusia, banyak hal lain juga diberi nama oleh manusia agar dapat dibedakan dengan tempat lain yang mungkin memiliki sifat atau bentuk yang mirip. Salah satu hal yang diberi nama adalah tempat. Pemberian nama tempat ini sering dikaitkan dengan bentuknya, peristiwa yang pernah terjadi di situ, atau nama seseorang yang dihormati dan dikagumi, bahkan nama yang melekat secara keliru karena masyarakat setempat tidak dapat mengucapkannya dengan benar (biasanya nama tempat tersebut diberi oleh bangsa Asing). Nama-nama tempat ini punya banyak contoh, antara lain : Gunung Bungkuk karena bentuknya membungkuk; Cugung Milang (tempat pertempuran pelaut Portugis dengan rakyat Sebiris/Manna, di mana pimpinan Portugis bernama Milano tewas); Santalena (berasal dari nama Saint Helena); Tahura Rajo Lelo (penghormatan bagi Rajo Lelo yang memimpin pemberontakan Inggeris di Bengkulu), dan banyak lagi lainnya.

Nama-nama tempat ini dapat bercerita banyak kepada masyarakat masa kini dan masa depan. Di Propinsi Bengkulu banyak nama-nama tempat yang puitis dan terkadang terkesan misterius. Nama-nama ini, bila dapat digali asal-muasalnya, dapat dijadikan salah satu faktor pendukung obyek-obyek wisata yang kita jual. Kita dapat menarik perhatian para wisatawan dengan memberikan penjelasan apa arti nama tempat itu, mengapa bernama seperti itu, peristiwa apa yang pernah terjadi di situ dan banyak lagi hal lainnya. Penjelasan-penjelasan seperti ini dapat membawa pikiran dan perasaan sang wisatawan menerawang jauh ke masa lalu, yang mungkin saja nenek moyang bangsanya pernah terlibat secara langsung. Apalagi bila di tempat tersebut masih terdapat bekas-bekas peninggalan masa lalu yang menjadi sebab penamaan tempat tersebut.

Nama adalah karya budaya dan peristiwa budaya. Dari sebuah nama kita dapat mengintip rasa, cipta dan karsa yang berkembang serta berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam kehidupan satu kelompok masyarakat di sebuah tempat. Keinginan manusia untuk mengetahui masa lalu sama besarnya dengan keinginan mereka untuk meramalkan masa depan. Nama tempat dengan seabreg penjelasan mengenai latar belakangnya merupakan salah satu daya tarik wisata. Sayangnya, banyak sekali nama-nama tempat di Propinsi Bengkulu tidak lagi diketahui sejarahnya, bahkan adapula yang sudah diganti karena dianggap tidak indah atau keren.

Di Kotamadya Bengkulu banyak dijumpai nama-nama tempat yang puitis namun tidak lagi diketahui mengapa bernama seperti itu. Coba kita simak nama-nama seperti ini : Sumur Meleleh; Pintu Batu; Pondok Besi; Peramu’an (jalan Suprapto); Pengantungan; Belakang Pondok; Anggut; Santalena; Malabero; Pantai Jakat; Pantai Nala; Pasar Melintang; Tengah Padang; Karabela; Tapak Padri; Dendam Tak Sudah; Pagar Dewa, dan Jembatan Kecil. Sungguh nama-nama yang terasa manis di lidah, indah di telinga dan penuh misteri dalam kalbu, karena kita banyak yang tidak tahu lagi mengapa mereka bernama seperti itu.

Di Kabupaten lainnya di Propinsi Bengkulu juga kita temui nama-nama tempat yang sudah kabur sejarah dan asal usulnya. Bahkan saking bingungnya ada pihak yang terburu-buru mengganti nama tempat itu dengan nama lain, yang dianggap lebih keren. Di Bengkulu Utara kita temui tempat-tempat yang nama-namanya sering tidak kita ketahui secara persis artinya, sebagai ilustrasi : Selolong; Lais ; Bintunan; Ketahun; Muko-Muko dan sebagainya. Begitu pula di Rejang Lebong dan di Bengkulu Selatan, seperti : Seluma; Talo; Pino; Manna, dan Bintuhan.

Di Bengkulu selatan bahkan ada tempat-tempat yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat diganti nama, karena orang kini tidak faham (atau tidak mau faham) mengapa nama aslinya seperti itu. Misalnya pantai Pasar Bawah diganti menjadi Pantai Duayu Sekundang (Dua ikan Hiu berkawan) karena nama Pasar Bawah menurut mereka aneh (mosok ada Pasar terletak di bawah), padahal arti Pasar Bawah dalam bahasa Serawai berarti Kota atau Kampung yang berada di Bawah bukan pasar tempat berbelanja di bawah. Kota Bawah atau Kampung Bawah ini mungkin disebabkan karena letaknya yang lebih rendah dari pada Kota Manna yang merupakan pemukiman yang lebih baru. Tapi dapat pula berarti Kota Lama atau Dusun Tua atau Pusat Kota, yang dalam bahasa Inggeris disebut Downtown (kalau diterjemahkan secara harfiah bermakna Kota/Kampung Bawah). Begitu pula Kutau Medan yang dituliskan namanya menjadi Kota Medan, hal ini betul-betul menggelikan sekaligus memrihatinkan karena Kutau Medan tidak sama artinya dengan Kota Medan, arti yang betul adalah Benteng Alam (Kutau adalah benteng, seperti Kutei dalam bahasa Rejang, dan Medan artinya alam).

Sungguh sayang apabila kita menilai nama suatu tempat hanya dari sisi keindahannya saja. Wisatawan akan mencibirkan mulutnya apabila kita bercerita bahwa nama itu adalah perubahan yang kita buat karena nama lama terlalu jelek. Wisatawan akan menuduh kita dengan semena-mena mencampakkan karya budaya dan peristiwa budaya para pendahulu kita sendiri. Wisatawan secara ekstrim menilai kita sebagai produk budaya yang tidak berbudaya. Waktu masih cukup panjang, kita belum terlambat berbenah diri dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kita buat. Alangkah baiknya apabila pemerintah dan masyarakat bekerjasama untuk menggali arti nama-nama tempat di Propinsi Bengkulu. "Apalah artinya sebuah nama ? Nama punya banyak arti, nama adalah cermin budaya manusia !

"Magical Template" designed by Blogger Buster